Selasa, 18 Agustus 2009

WONDER- Chapter 7 (TomaPi)

Chapter 7

Tiba juga hari pernikahanku, dan sebelumnya aku sama sekali tidak menghubungi Yamashita. Aku tidak bertemu dengannya lagi, mungkin hari ini aku baru akan melihatnya lagi kalau dia memang datang.
Masalah antara aku dan Shiori benar-benar hanya kami yang tahu. Kami jadi seolah-olah berakting di depan orang tua dan orang-orang terdekat kami. Tak ada yang tahu kalau beberapa hari sebelumnya kami sempat melakukan perang dingin. Dia tak mau bicara padaku, tapi setelah semakin dekat dengan pernikahan kami, dia mulai bersikap biasa, walau aku tak merasa seperti dulu. Mungkin karena aku pun tak begitu merasakan yang dulu aku rasakan, aku malah nyaris kehilangan semuanya. Aku hanya memikirkan duniaku dan Yamashita saat ini. Kenapa??? Aku sungguh heran dengan diriku sendiri. Rasaku pada Yamashita melebihi rasa yang pernah aku rasakan pada Shiori dulu.
Aku sudah berdiri di depan altar, menunggu kedatangan mempelai wanita dengan pendeta yang akan memberkati kami disana. Aku melihat sekilas ke arah para undangan, ada Yamashita disana. Dia tampak tampan dengan tuxedo nya. Dan mataku pun melihat Shiori yang datang di dampingi ayahnya. Dia sangat cantik. Benar-benar cantik! Wanita yang sejak 2 tahun lalu sudah aku yakini akan berakhir seperti ini bersamaku. Seharusnya aku sangat bahagia dengan semua ini, tapi kenapa aku malah semakin bingung. Aku ingin memutuskan hal yang memang tepat untukku.

Shiori sudah berdiri disampingku, aku memegang tangannya dan pendeta pun mulai bertanya apa aku bersedia menjadi suami Shiori, bersamanya hingga ajal yang memisahkan kami. Aku mendadak terdiam. Suasana pun seperti menanti jawabanku, jawaban yang sudah pasti dan semua orang sudah tahu dengan jawaban yang harus aku katakan. Tapi aku masih terdiam, memandang lurus ke pendeta itu dengan pikiran yang melayang-layang kesana-kemari. Aku merasakan Shiori menoleh ke arahku karena aku tak kunjung bersuara. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Apa aku yakin dengan semua ini? apa aku benar-benar menginginkan ini? apa aku akan bahagia dengan ini? apa aku akan membuat Shiori bahagia??? Pertanyaan terakhir itu membuatku serba salah. Aku tak yakin bisa membuat Shiori bahagia nanti. Bagaimana mungkin aku bisa membahagiakan seseorang yang sebenarnya bukan orang yang aku inginkan!? Aku hanya akan membuatnya sakit nanti. Aku harus memutuskan sekarang, siapa yang akan aku tinggalkan. Shiori yang sudah 2 tahun menemaniku dan aku cintai, atau Yamashita yang hanya seorang teman yang menjadi ciuman pertama ku tapi membuatku nyaman???? Aku menengokan kepalaku ke semua undangan, melihat mereka yang tampak keheranan dengan sikapku yang menggantung dan tidak segera menjawab, mereka jelas tidak tahu apa yang sedang berperang di pikiranku. Aku melihat pada orang tua ku, orang tua Shiori…dan Shiori. Aku melihat matanya tampak sedih dan ketakutan di balik kelambu yang menutupi wajahnya. Dia pasti takut aku memutuskan sesuatu, dan aku memang sudah memutuskan sesuatu yang harus mereka tanggung saat ini, tapi aku jamin di masa yang akan datang tak akan menyulitkan mereka, juga yang paling penting tak akan menyakiti Shiori.
“Sumimasen deshita” aku membungkukkan tubuhku sedalam-dalamnya pada Shiori. Para undangan pun terkejut, dan pelan aku mendengar isakan tangis Shiori.
“Ikuta-san, anda…” pendeta itu meminta penjelasanku. Aku melihat padanya dengan yakin.
“Aku membatalkan pernikahannya. Sumimasen” aku membungkukkan badanku sekali lagi. Pendeta itu tampak shock, begitu juga dengan orang tua kami. Aku membungkukkan badanku lagi berkali-kali pada semuanya, sebelum akhirnya aku beranjak dari sana meninggalkan Shiori yang masih menangis disana. Orang tua ku tak bisa mencegahku, semuanya menatapku tak percaya saat aku berjalan melewati mereka menuju pintu keluar. Aku melihat pada Yamashita yang tak kalah shock dengan yang lainnya. Dia berdiri dan menatapku tak percaya. Aku hanya tersenyum kecil, lalu menghilang di luar.
Aku menuju jalan dan berjalan entah kemana, masih dengan pakaian pernikahanku, seorang mempelai pria yang pergi dari pernikahannya meninggalkan wanita yang sudah siap menjadi istrinya. Aku benar-benar telah melakukan suatu hal yang luar biasa bukan? Seperti di dorama-dorama...

“TOMA!” suara seseorang yang memanggilku membuatku berhenti dan menoleh. Yamashita. Dia ternyata mengejarku. “BAKA! apa yang kau lakukan!!?” tanyanya tak sabar. Dia pasti sangat tak menyangka, aku sendiri pun tak menyangkanya.
“Aku mengambil keputusan untuk hidupku, Yamashita”
“Tapi kenapa kau memutuskan hal sebodoh ini!?”
“Untuk kita”
Yamashita memandangku shock untuk kedua kalinya.
“Apa kau bilang?!!”
Aku tersenyum, “Aku tak tahu. Aku pun heran dengan semua ini, tapi aku tahu keputusanku ini untuk kita”
“Kau… bukankah kau sangat mencintainya, huh!!?”
“Yea, sebelum kau datang ke kehidupanku lagi” aku sadar dengan jawabanku sendiri. Aku memang sudah merubah perasaanku terhadap Shiori sejak Yamashita datang.
Yamashita terpaku mendengar jawabanku. Dia mungkin berpikir, betapa gilanya aku. Aku sudah mempertaruhkan semuanya. Aku benar-benar melakukan hal yang aku pikir aku tak akan mampu melakukannya.
Dia mendekat dan memelukku dengan tiba-tiba. Aku membalas pelukannya. Tak ada yang perlu di bahas lagi. Kami sudah tahu kemana arah penyelesaian semua ini.
Orang-orang yang lewat memandang kami heran. Seorang pria dengan pakaian pengantin lengkap dan seorang pria dengan tuxedo berpelukan di pinggir jalan, diantara orang-orang yang berlalu lalang. Aku tak mau tahu apa yang mereka pikirkan. Aku tak peduli. Karena aku sendiri pun masih heran dengan diriku sendiri. Yang aku tahu sekarang, duniaku dan dunia Yamashita akan terus ada.
***
~OWARI~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar