Selasa, 18 Agustus 2009

WONDER- Chapter 1 (TomaPi)

Pairing : Toma Ikuta X Tomohisa Yamashita

Rating : PG-17


Chapter 1

Aku menghempaskan tubuhku disampingnya. Mencoba mengatur napasku kembali. Mengembalikan kesadaranku yang sesaat lalu sempat seperti berada di puncak yang paling tertinggi… hm? Mount Everest? Whatever, tapi sepertinya lebih tinggi lagi.

“Toma…” pelan aku mendengar dia memanggil namaku. Suaranya terdengar lemah, tapi sama sekali tak mengurangi suara khasnya. Suara yang sudah terbiasa aku dengar sejak 2 tahun yang lalu. Suara yang selalu mengisi hari-hariku sejak hari itu di hari kelulusanku dari universitas. Aku menyatakan cinta padanya dan dia pun menjadi bagian hidupku. Menjadi wanita yang akan aku nikahi suatu hari nanti, yang akan melahirkan anak-anakku, yang akan menjadi ibu mereka, yang akan menemaniku hingga aku tua nanti. Setidaknya itu yang aku pikirkan disaat pertama kali aku memutuskan untuk bertunangan dengannya dan mengajaknya untuk tinggal bersamaku di apartementku ini. Dan seperti yang semua orang mungkin pikirkan, jika dua orang pria dan wanita tinggal bersama apalagi mereka adalah sepasang kekasih, kegiatan seperti ini tak bisa dielakkan lagi. Yea, aku membicarakan hal yang baru saja aku lakukan dengan kekasihku ini… tidak, tunanganku, dia calon istriku. Wanita yang sudah pasti akan menemaniku seumur hidupku. Jadi ini hal yang wajar bukan? Kita sudah melewati masa-masa sebagai sepasang kekasih saja, kita sudah lebih dari itu.

“Kau harus pergi kerja, ne?” tanyanya setelah aku menolehkan wajahku padanya, dan melihat bagaimana meronanya kulit di wajahnya. Membuatnya semakin terlihat cantik. Dan setitik keringat di keningnya, benar-benar pemandangan paling seksi yang pernah aku lihat. Ini sudah ketiga kalinya kami melakukan ini, tapi aku selalu merasa ini yang pertama. Mungkin karena aku sangat mencintainya…well, aku tidak tahu itu ada hubungannya atau tidak, tapi bersamanya memang hal yang paling indah bagiku.

“Sebentar” gumamku sambil membenamkan wajahku di lekukan lehernya. Dia mendesah pelan, membuat tubuhku menghangat lagi. Ok, ini memang bukan ide yang bagus. Aku bisa kehilangan kendaliku lagi. Padahal aku sudah harus berada di kantor sebelum pukul 8, hari ini ada meeting… Nani???! Aku melonjak dari tempat tidur kami. Dia menatapku kaget. Selimut yang menutupi tubuh polos kami sudah setengah terbuka. Aku cepat-cepat mengambil celana piyamaku, dan memakainya dengan sedikit kesulitan. Dia menarik selimut kami lagi menutupi tubuhnya.

“Aku sudah bilang, kau pasti terlambat” katanya menceramahiku. Aku melihat pada jam di meja dekat ranjangku sekilas, pukul 7 lewat 45 menit. Huh, aku hanya ada waktu 15 menit untuk sampai jam 8 tepat. Dan itu sudah pasti mendapat sarapan berupa omelan dari bos ku.

“Aku tidak sempat mandi” kataku sambil masuk ke kamar mandi. Bertepatan dengan bunyi handphone ku yang terdengar meraung-raung di telingaku. Pasti dari kantor, pasti! “A~ Shiori, tolong jawabkan!” aku keluar lagi dengan sikat gigi di mulutku. Shiori yang masih di ranjang, jadi ikut panik sepertiku. Dia mencari-cari handphone ku yang entah terbenam di sisi ranjang sebelah mana dan menjawabnya.

Aku kembali ke kamar mandi menatap wajahku di cermin wastafel, masih sambil menyikat gigiku. Ini yang kadang terjadi setiap pagi di apartementku sejak Shiori tinggal bersamaku. Melakukan itu di pagi hari rupanya memang benar-benar bukan ide bagus, apalagi kalau besoknya kau harus menjalani hari yang penting. Tapi entah kenapa kami sudah dua kali mengulangnya. “Kuso!” gerutuku ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 kurang 5 menit. Aku tak akan selamat.

***

Yoshida-san memandangku dengan tatapan nistanya. Seperti yang aku duga, aku memang tak akan selamat. Aku tiba di kantorku pukul 9 tepat! Mobilku terjebak macet, dan aku menyesal kenapa tadi tidak memakai bus saja.

“Kau mengacaukan semuanya Ikuta”

“Sumimasen” aku hanya bisa membungkukkan badanku berkali-kali pada bos ku itu.

“Sebenarnya tidak separah itu Ikuta-kun” suara temanku Akiyama, membuatku melihat padanya. “Bos hanya kecewa karena dia tak bisa memamerkanmu pada klien kita gara-gara tadi kau terlambat” dia tersenyum.

“Eh??” aku memasang muka penuh tanda tanya.

“Dia sudah sangat bersemangat tadi mempromosikanmu, tapi kau tak juga datang. Sampai klien kita harus segera pergi, jadi dia benar-benar gagal memamerkanmu” Akiyama menjelaskannya lagi lebih detil, dan dia tertawa-tawa menertawakan bos kami.

“Oi, urusai Akiyama!!” bentak Yoshida-san, yang langsung membuat Akiyama menahan tawanya lalu pergi kembali ke meja kerjanya.

Aku hanya melihat pada mereka berdua dengan pandangan bingung walau rasanya aku juga ingin tertawa. Bos ku yang galak ini memang orang yang unik, dia bisa jadi sangat menyenangkan tapi juga bisa jadi sangat mengerikan. Lucu.

“Na, Ikuta. Aku sudah menandatangani kontrak dengan klien kita tadi. Kau akan menjadi konsultan nya selama setahun ini”

“Ou, apa pekerjaan klien kita?”

“Dia seorang model. Akhir-akhir ini dia mengalami kesulitan dalam mengatur keuangannya, jadi dia membutuhkan seorang konsultan”

“Ha? Model?” aku agak terkejut, karena tidak biasanya kita mendapat klien seperti ini. Hmm, aku tampak harus bekerja keras karena seperti yang semua orang tahu, model identik dengan pesta, bersenang-senang, berbelanja tak kenal waktu dan itu sudah pasti mempengaruhi keuangannya. Membuatnya harus lebih banyak menabung. Aku harap aku tak kesulitan saat memberikan saran untuknya. Aku pikir, orang yang bekerja di bidang itu mungkin akan sedikit tinggi hati dan keras kepala. Apalagi kalau dia seorang yang sudah terkenal… eh? Benar juga, apa dia model yang terkenal?

“A~ Yoshida-san, siapa dia? Watanabe Chikako kah? atau Kitagawa Keiko? Ito Yuuna?” aku menyebutkan nama-nama model cantik dan seksi favoritku dengan mata berbinar-binar. Mudah-mudahan salah satu dari mereka. Tapi senyuman penuh harapku seketika memudar ketika Yoshida-san menggelengkan kepalanya.

“Ini” katanya sambil menyimpan sebuah file di hadapanku, aku mengambil dan mengamatinya dengan penasaran, beberapa detik...

“EEEHH?????!!”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar